Daftar Blog Saya

Apa yang anda cari

Pesan Tiket Pesawat

Jumat, 22 Januari 2010

Sebuah Koin Penyok

Sebuah Koin Penyok

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu

arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur.

Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya

sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut

memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, sandang dan

pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering

marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang

layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin

bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan,

yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya

terantuk

sesuatu.

Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok, " gerutunya kecewa.

Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

"Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu

memberi saran.

Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor.

Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia

lakukan dengan rejeki nomplok ini.

Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu

sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena

istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan

jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar,

dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel.

Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.

Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada

waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar

kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin

itu

meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar

dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai

istrinya.

Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa

lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia

melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah

barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak

berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200

dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya

menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak

ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.

Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat

itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati,

merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya

berkata,

"Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan ? Apa yang diambil oleh perampok

tadi?"

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa..

Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam

dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas

segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika

datang

dan pergi kita tidak membawa apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com