Daftar Blog Saya

Apa yang anda cari

Pesan Tiket Pesawat

Senin, 28 November 2011

Clara dan Cermin Ajaib



Clara dan Cermin Ajaib 
Sep 5, '08 9:59 PM
untuk semuanya


                 “Huh…” Clara menghela napas panjang. Gadis kecil yang duduk di kelas 4 SD itu berjalan pulang dengan langkah gontai. Wajahnya murung. Tadi di sekolah, gurunya membagikan hasil ulangan. Nilai Clara jelek. Pasti Mama akan memarahinya.
                Dalam perjalanan pulang ke rumah, Clara melewati sebuah toko barang antik. Di jendelanya dipajang berbagai benda-benda menarik. Ada sisir model kuno dengan ukir-ukiran cantik di gagangnya. Ada lampu meja yang tutupnya terbuat dari bulu burung merak. Ada kotak perhiasan dengan gambar naga yang timbul di atasnya. Namun yang paling menarik perhatian Clara adalah sebuah cermin mungil dengan hiasan bunga di tepinya.
                “Tertarik dengan cermin tersebut?” Tiba-tiba wanita penjaga toko sudah ada di sampingnya. Rupanya, tanpa sadar Clara tengah memandangi cermin tersebut dengan penuh minat.
                “Mari masuk. Kutunjukkan kelebihan cermin ajaib itu. Cocok untuk gadis berwajah murung sepertimu,” ajak wanita penjaga toko itu. Rambutnya yang hitam panjang terkibas ketika ia melenggang masuk ke dalam toko. Demikian pula dengan gaun kelabunya.
Di dalam toko, wanita penjaga toko membiarkan Clara menimang-nimang cermin itu. “Ini cermin ajaib,” katanya. “Apapun masalahmu, cermin ini dapat memberitahukan kejadian di masa lalu yang menjadi penyebab masalahmu. Cukup katakan, ‘Tunjukkan di mana salahnya’.“
Ketika Clara tampak ragu, wanita itu melanjutkan, “Ambillah secara cuma-cuma. Sudah lama barang ini tidak laku.”
Clara begitu terpesona dan senang. Sampai di rumah, Clara mengunci pintu kamarnya, mengeluarkan cermin ajaib dari kantongnya, dan berkata, “Kenapa nilai ulanganku jelek? Tunjukkan di mana salahnya!”
Tiba-tiba hiasan bunga di tepi cermin berputar, mengeluarkan suara seperti jarum jam, “Tik-tuk-ti-tuk…” Dan bayangan kejadian dua hari yang lalu terlihat di cermin: Bobby, kakak Clara, mengajaknya bermain ketika Clara akan belajar untuk ulangan.
“Tentu saja,” pikir Clara dalam hati, “Ini gara-gara Bobby!” Clara merengut kesal. “Akan kubalas, lihat saja!”
Malam harinya, Bobby yang sudah duduk di kelas 6 SD sedang mengerjakan PR. Dengan niat membalas, Clara mengganggu Bobby. Mula-mula ia menantang Bobby main catur, “Ayolah, nanti saja buat PR-nya! Mari bertanding catur denganku! Aku pasti menang!”
Sayang, usaha Clara tidak berhasil. Bobby tahu bahwa ia harus mengerjakan PR terlebih dahulu. Apalagi, ia akan menghadapi ujian masuk SMP.
Clara tak habis akal. Kali ini, dipasangnya radio keras-keras sehingga Bobby tak bisa berkonsentrasi. Bobby  pindah ke ruang tengah. Clara mengikutinya. Di ruang tengah, Clara membuat pesawat terbang kertas dan menerbangkannya ke arah Bobby. Tentu saja Bobby kembali terganggu. Maka Bobby mengeluarkan jurus terakhir, “Mama…! Clara usil, nih, menggangguku belajar terus!”
Sebelum Mama datang memarahinya, Clara ngibrit  ke kamar! Dan, ups! Karena terlalu sibuk mengusili Bobby, Clara lupa mengerjakan PR-nya sendiri… Padahal hari sudah malam. Wah, harus bergadang, deh!
Keesokan harinya, Clara terlambat bangun pagi. Dengan terburu-buru, Clara mencari pakaian olahraganya. Hari ini ada pelajaran olahraga. Ia mengaduk-aduk lemari pakaiannya yang berantakan, tapi tidak menemukan pakaian olahraganya.
Alhasil, Clara dimarahi guru olahraganya. Aduh, apesnya… Salah siapa kali ini? Clara mengeluarkan cermin ajaib. Hiasan bunga segera berputar, dan suara tik-tak-tik-tak kembali terdengar. Terlihat bayangan kejadian satu minggu lalu. Saat itu, Bik Minah menanyakan pakaian olahraga Clara yang kotor. Bik Minah hendak mencucinya. Tapi Clara terlalu sibuk bermain boneka dan tidak mengindahkan Bik Minah.
 Ah, Clara ingat sekarang! Pakaian itu pasti masih di kantong yang ia bawa minggu lalu. Waduh, pasti sudah bau apek! Bagaimana, sih, Bik Minah! Clara kembali menyalahkan orang lain.
Hari ini, Bik Minah yang jadi sasaran kemarahan Clara. Apapun yang dilakukan Bik Minah, selalu saja salah di mata Clara. Susu yang dibuatkan Bik Minah terlalu manis. Masakan yang dibuat Bik Minah tidak enak. Dan masih banyak lagi.
Tentu saja Mama menegur ulah Clara, “Clara, kamu tidak boleh bersikap begitu pada Bik Minah. Mama rasakan, masakan Bik Minah enak seperti biasanya. Kalau kamu merasa masakannya tidak enak, kamu tidak usah makan!” Memang, Mama selalu bersikap tegas pada putra-putrinya.
Ditegur seperti ini, Clara menangis dan berlari ke kamarnya, “Hu-hu-hu… Kenapa aku mendapat masalah melulu akhir-akhir ini? Cermin ajaib, kali ini tunjukkan siapa yang salah! Kenapa aku dimarahi Mama?!”
Hiasan bunga di tepi cermin berputar. Suara tik-tak-tik-tak terdengar. Namun kali ini banyak sekali bayangan kejadian yang ditunjukkan cermin ajaib. Mulai dari Bobby yang membuatnya kemalaman membuat PR, guru olahraga yang galak, Bik Minah, juga dirinya sendiri. Siapa yang salah? Clara jadi pusing sendiri. Satu masalah yang ia bawa berlarut-larut membawa kepada masalah yang lain. Karena tak tahu siapa yang harus disalahkan, Clara kembali menangis putus asa.
“Tok-tok…” Pintu kamar Clara diketuk. Rupanya Mama.
“Kamu menangis, Sayang?” Tanya Mama lembut. “Ayo, ceritakan kepada Mama kenapa akhir-akhir ini kamu usil dan mudah marah?”
“Habisnya, semua orang membuat Clara mendapat masalah, Ma! Mula-mula Kak Bobby! Kemudian…” Clara pun menceritakan semuanya kepada Mama.
Setelah mendengar cerita Clara, Mama tersenyum sabar, “Kamu yakin semua itu gara-gara mereka? Bobby mengajakmu bermain, tapi kalau kamu menolak, Mama yakin Bobby juga tidak akan memaksa. Karena sibuk ingin membalas Bobby, kamu kemalaman membuat PR, dan tidak menyiapkan pakaian olahraga. Bik Minah pun tidak mencuci pakaian olahraga karena kamu tidak memberikan pakaian kotormu kepada Bik Minah, bukan? Padahal Bik Minah sudah menanyakannya kepadamu. Jadi semua ini adalah kesalahanmu sendiri. Iya, tidak?”
“Tapi, Ma… Menurut cermin ajaib, itu kesalahan mereka!”
“Cermin ajaib apa?” Mama bertanya bingung.
Tapi ketika Clara ingin menunjukkan cermin ajaib kepada Mama, cermin itu tersenggol dan jatuh dari atas tempat tidur. Cermin itu hancur berkeping-keping.
“Clara, bila menghadapi masalah, kita tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain dan berlarut-larut dalam masalah itu. Lebih baik, kita berusaha memperbaiki diri dan mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah itu. Bukannya terus menerus melihat ke belakang. Ya, sayang?” Kata Mama bijaksana.
Clara mengangguk. Benar juga yang dikatakan Mama.

Di Copy dari : Dina Antonia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com