Daftar Blog Saya

Apa yang anda cari

Pesan Tiket Pesawat

Rabu, 26 Mei 2010

DZIKIR UNTUK KETENGAN JIWA

Rasulullah Saw bersabda: "Sangat mengherankan kondisi seorang Mukmin, semua kondisi baik untuknya, jika mendapatkan kesenangan ia bersyukur, dan hal itu baik untuknya, dan jika menerima cobaan ia sabar maka hal itu baik untuknya." (HR Bukhari - Muslim).

Orang beriman kepada Allah dan selalu mengingat-Nya meyakini bahwa Allah telah mengatur dan menentukan segala sesuatu dengan hukum sebab akibatnya. Maka ia ber-husnuzhan kepada kebijakan Allah Yang Maha Sempurna, meyakini bahwa apa yang Allah takdirkan ada hikmah di baliknya. Berhusnuzhan bahwa Allah selalu menjaga dan melindungi hamba-Nya, selalu mendengar dan mengabulkan doa hamba-Nya. Dia mampu menyembuhkan di kala hamba sakit, Dia mampu melindungi hamb-Nya, di kala hamba ketakutan, Dia mampu menghindarkan hamba-Nya dari bahaya kala hamba-Nya minta dihindarkan dari bahaya.

Ada seorang ulama besar memiliki putra yang sangat tampan dan hafidz Qur'an. Dan ketika putranya meninggal, dia mengurusi jenazah putranya dengan tenang sambil senyum terhadap para pelayat. Ketika dia ditanya, "Kenapa dia tenang padahal kehilangan putra tersayang?" Dia menjawab, "Bukanlah saya tidak sedih, tapi ketika saya mengingat pahala bagi orang yang sabar yang Allah janjikan, saya jadi terhibur atas kesedihan saya, "(Yaitu) Orang2 yang apa bila ditimpa musibah, mereka mengucapkan - inna lillahi wa inna lillahi raji'un- (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali) Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang2 yang mendapat petunjuk." (QS Al Baqarah: 156- 157).

Kenikmatan diberikan Allah, maka syukuri dengan keta'atan. Ujian diberikan Allah, maka sabarilah dengan mengembalikannya kepada Allah. Jangan sikapi kenikmatan dengan kegembiraan yang berlebihan dan jangan ratapi ujian dengan berlebihan. Akan tetapi, bersedihlah jika ada amal sholeh yang kita lewatkan dan kita tunda2. Dan menangislah jika kita telah melakukan dosa dan kedurhakaan.

(dipelajari dari rubrik: Tadabbur Majalah Sabili, tulisan DR M Mu'inudinillah Basri, MA)

Minggu, 02 Mei 2010

Noda yang Menghancurkan Ibadah

Republika OnLine » Ensiklopedia Islam » Hikmah

Noda yang Menghancurkan Ibadah


Jumat, 16 April 2010, 07:53 WIB

Noda yang Menghancurkan Ibadah

ilustrasi

Oleh: Abdullah Hakam Shah MA

Banyak orang beranggapan bahwa kualitas ibadah hanya ditentukan oleh syarat, rukun, dan kekhusyukan dalam pelaksanaannya. Misalnya, shalat yang berkualitas adalah yang didahului oleh wudlu yang benar, suci pakaian dan tempatnya, serta khusyuk dalam melakukan setiap rukunnya. Demikian pula dengan ibadah-ibadah yang lain.

Saad bin Abi Waqqash RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang rahasia agar ibadah dan doa-doanya cepat dikabulkan. Rasul SAW tidak mengajari Sa'ad tentang syarat, rukun, ataupun kekhusyukan. Rasul mengatakan, "Perbaikilah apa yang kamu makan, hai Sa'ad." (HR Thabrani).

Ada sindiran yang hendak disampaikan Rasulullah SAW lewat hadis di atas. Yaitu, bahwa kebanyakan manusia cenderung memperhatikan 'kulit luar', tapi lupa akan hal-hal yang lebih urgen dan fundamental.

Setiap Muslim pasti mengetahui bahwa shalat atau haji mesti dilakukan dengan pakaian yang suci. Pakaian yang kotor akan menyebabkan ibadah tersebut tidak sah alias ditolak. Namun, betapa banyak di antara kaum Muslim yang lupa dan lalai bahwa makanan yang diperoleh dari cara-cara yang kotor juga akan berujung pada ditolaknya ibadah dan munajat kita.

Rasul SAW telah mengingatkan, "Demi Zat Yang menguasai diriku, jika seseorang mengonsumsi harta yang haram, maka tidak akan diterima amal ibadahnya selama 40 hari." (HR Thabrani).

Dalam hadis lain yang dinukil Ibnu Rajab al-Hanbali, Rasul SAW bersabda, "Barangsiapa yang di dalam tubuhnya terdapat bagian yang tumbuh dari harta yang tidak halal, maka nerakalah tempat yang layak baginya."

Di sinilah terlihat dengan jelas, korelasi antara kualitas ibadah dan sumber penghasilan. Bahkan, karena ingin memastikan bahwa semua yang dikonsumsi berasal dari sumber yang halal, para Nabi dan Rasul menekuni suatu pekerjaan secara langsung untuk menghidupi diri dan keluarga mereka.

Nabi Dawud adalah seorang pandai besi dan penjahit, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, Rasulullah SAW adalah seorang pedagang, dan seterusnya. Demikian pula dengan para sahabat yang mulia; mayoritas kaum Muhajirin berprofesi sebagai pedagang, sementara kaum Anshar mengandalkan hidupnya dari pertanian.

Lebih dari itu, ketika seseorang bergelimang harta haram, dan ia menafkahi keluarganya dengan harta tersebut, sebenarnya ia tidak hanya menodai ibadahnya sendiri. Tapi, juga menodai ibadah dan masa depan anak-istrinya.

Seperti komentar Syekh 'Athiyah dalam Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, "Orang tua seperti itu secara sengaja membuat ibadah dan doa anak-anaknya tertolak. Sebab, ia menjadikan tubuh mereka tumbuh dari harta yang haram." Wa Allahu a'lam

Red: irf







06/04/2010
Tawadhu' Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
Oleh: Abu Abdurrahman Al Ghazy

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur'an sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah Radhiallahu'anha, ia berkata: "Akhlak Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah Al-Qur'an." (HR. Muslim).

Beliau juga pernah bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)

Salah satu bentuk ketawadhu'an Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah; beliau tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:
"Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung 'Isa bin Maryam alaihisSalam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Abu Daud)

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ada beberapa orang memanggil Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sambil berkata: "Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami." Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam segera menyanggah seraya berkata:
"Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepadaku." (HR. An-Nasai)

Sebagian orang ada yang menyanjung Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam secara berlebihan. Sampai-sampai ia meyakini bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengetahui ilmu ghaib atau meyakini bahwa beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala telah menyanggah keyakinan seperti itu. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik keman-fa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan." (Al-Araf: 188)

Demikianlah akhlak Nabi yang mulia, seorang utusan Allah Subhannahu wa Ta'ala , sebaik-baik manusia di muka bumi dan seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senan-tiasa tunduk patuh dan bertaubat kepada Rabbnya. Beliau tidak menyukai kesombongan, bahkan beliau adalah pemimpin kaum yang tawadhu' dan penghulu kaum yang tunduk patuh kepada Rabb Subhannahu wa Ta'ala . Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan:
"Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak menyukai cara seperti itu." (HR. Ahmad)

Layangkanlah pandanganmu kepada Nabi umat ini Shalallaahu alaihi wasalam . Saksikan sikap tawadhu' beliau yang sangat menga-gumkan dan keelokan akhlak yang langka ditemukan. Beliau tetap bersikap tawadhu' terhadap seorang wanita miskin. Beliau luangkan waktu untuk melayaninya, padahal waktu beliau penuh dengan amal ibadah!

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Suatu hari seorang wanita datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ia mengadu kepada beliau sambil berkata: "Wahai Rasulullah, saya membutuhkan sesuatu dari Anda." Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya: "Pilihlah di jalan mana yang kamu kehendaki di kota Madinah ini, tunggulah aku di sana, niscaya aku akan menemuimu (melayani keperluan-mu)." (HR. Abu Daud)

Beliau hadir dengan segenap jiwa yang terpuji lagi elok.
Menjulang tinggi ke tempat yang terpuji dengannya.
Bila disingkap kesturi dari cincinnya kepada jagad raya
niscaya setiap orang akan merasakan harumnya
baik yang di gunung maupun di lembah.
Sungguh, beliau adalah pemimpin segenap ahli tawadhu' baik dalam ilmu ataupun amal.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam beliau bersabda:
"Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu." (HR. Al-Bukhari)

Semoga hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tadi menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang yang takabbur dari sifat sombong dan angkuh.

Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan bahwa beliau Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji zarrah kesombongan." (HR. Muslim)

Sifat sombong merupakan jalan menuju Neraka, wal 'iyaadzubillah, meskipun hanya sebesar biji zarrah. Cobalah lihat hukuman yang ditimpakan terhadap orang yang sombong dan angkuh cara berjalannya. Betapa besar kemurkaan dan kemarahan yang diturunkan Allah Ta'ala atasnya. Dan betapa pedih siksa yang dideritanya.

Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam beliau bersabda:
"Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaiannya, takjub dengan kehebatan dirinya sendiri, rambutnya tersisir rapi, berjalan dengan angkuh. Namun tiba-tiba Allah Ta'ala menenggelamkannya. Dia terus terbenam ke dasar bumi sampai hari Kiamat." (Muttafaq 'alaih)









Harta Adalah Amanah dan Ujian

Diposting Pada 09 Apr 2010

Harta Adalah Amanah dan Ujian

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS Al-Munaafiquun [63] : 9)

Tidak dapat kita bantah bahwa harta merupakan salah satu pangkal kehidupan. Dasar asasi bagi segala rupa pekerjaan dan penegak keutuhan rumah tangga. Di dalam cara mencarinya hendaklah tetap berpegang pada prinsip kebenaran agar kita tidak jatuh pada kesesatan, hati dan aqidah tetap terbentengi dengan kebaikan. Sadarilah, harta benda, kedudukan dan kesempatan yang kita miliki adalah amanat Allah yang wajib kita pelihara dan kita tunaikan dengan baik.

Muhammad Mahdi An-Naraqi dalam “Jami’us Sa’adah” menulis: “Penyakit dunia yang paling parah yang berkaitan dengan potensi syahwat adalah harta.” Karena itu orang yang rakus membutuhkan harta dan tidak merasa puas suatu ketika ia akan mencapai tingkat kefakiran dan tingkat pelampauan batas, yang akibatnya akan sangat merugikan. Ia tidak dapat memisahkan antara faidah dan penyakit. Bahkan ia tak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukannya, sehingga ketika kehilangan hartanya, ia menduduki sifat kefakiran, dan ketika mendapatkannya ia menduduki sifat kaya.

Dengan dua keadaan ini ia mendapat ujian. Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan tentang tercelanya harta serta kehinaan mencintainya secara berlebihan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al-Munaafiquun [63] : 9). Dalam ayat yang lain Allah mengingatkan: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS Al-Anfaal [8] : 28).

Tepat apa yang dikatakan oleh seorang bijak: “Harta itu seperti ular yang di dalamnya ada racun penawar. Yang berbahaya adalah racunnya dan yang berfaidah adalah penawarnya. Barangsiapa yang mengetahui keduanya akan dapat menyelamatkan diri dari keburukannya dan dapat mengambil manfaat serta kebaikannya. Manusia baik secara pribadi, keluarga, ataupun masyarakat, walaupun dapat meraih apa yang diinginkannya tetapi ketika cara mendapatkannya tidak sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, maka pasti akan mengalami kehancuran. Jiwa tidak merasa terpuaskan. Hidup selalu dihantui rasa takut yang menggelisahkan. Itulah orang-orang yang menjadikan harta dunia sebagai Tuhan.

Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilah (Tuhan)-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS Al- Jaatsiyah [45] : 23).

Ketahuilah sahabat, bila kita secara individu maupun masyarakat terlalu berlebihan memberikan prioritas pada urusan materi (harta), tidak mungkin cenderung kepada moralitas yang menuntut ketaatan sepenuhnya pada hukum-hukum kehidupan yang telah digariskan. Orang yang mengesampingkan segala urusan selain uang dan uang dalam perjuangan hari-harinya, tidak dapat berpegang pada etika keadilan dan kebenaran, dan cenderung pada kesalahan. Catatlah dalam hati bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan. Buah dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta (dunia) akan membawa pelakunya pada beberapa keadaan, di antaranya adalah:

1. Mencintainya akan mengakibatkan mengagungkannya.

2. Mencintainya akan menyibukkan kehidupannya, hingga lalai terhadap kewajibannya.

3. Pecinta dunia akan mendapat azab yang berat dan disiksa di tiga negeri, yaitu: di alam dunia ia diazab dengan kerja keras untuk mendapatkannya; di alam barzakh ia diazab dengan perpisahan dari apa yang dicintainya; dan di alam akhirat ia akan diazab untuk mempertanggungjawabkan tentang dunia yang dimilikinya.

Hanya kepada Allah sajalah kita mohon perlindungan. Dia-lah yang tidak ada kekuasaan melebihi kekuasaan- Nya. Tidak ada yang mampu menghancurkan apa yang telah dibangun-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang mampu memberi petunjuk bagi siapa yang telah disesatkan-Nya. Kepada-Nya-lah kembali segala apa yang diciptakan-Nya.

Ya Allah pemilik seruan yang sempurna, peneguh hati yang kerap terlena. Janganlah Engkau biarkan hati kami terlena oleh rayuan dunia yang fana. Mudahkan diri ini untuk selalu mensyukuri setiap kenikmatan yang kami terima. Hindarkan diri kami Ya Rabb dari orang-orang yang selalu berbuat durjana. Kuatkan diri kami untuk selalu melakukan perbuatan yang mulia. Janganlah Engkau campakkan kami menjadi hamba-hamba yang terhina.

Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum

MANFAAT SHALAT DHUHA SECARA MEDIS

Abu Dzar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setiap tulang dan persendian badan dari kamu ada sedekahnya; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap amar ma’ruf adalah sedekah, dan setiap nahi munkar adalah sedekah. Maka, yang dapat mencukupi hal itu hanyalah dua rakaat yang dilakukannya dari Shalat Dhuha.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)



Abu Hurairah r.a. berkata, “Kekasihku, Muhammad Saw. Berwasiat kepadaku agar melakukan tiga hal: Berpuasa tiga hari pada setiap bulan(Hijriah, yaitu puasa putih atau Bidl, tanggal 13,14,15), dua rakaat shalat Dhuha, dan agar aku melakukan shalat Witir dulu sebelum tidur.” (HR Bukhari-Muslim).



Rasulullah Saw. bersabda: “Shalat Dhuha itu shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim)



Buraidah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian, dan ia wajib bersedekah untuk tiap persendiannya.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang sanggup, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ludah dalam masjid yang dipendamnya atau sesuatu yang disingkirkannya dari jalan. Jika ia tidak mampu,maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).



Peregangan sungguh mutlak diperlukan, untuk kesiapan kita menyongsong hari penuh tantangan. Dan, Rasulullah Saw. menyinggungnya dengan ungkapan santun: “hak dari setiap persendian.” Semuanya cukup dengan dua rakaat dhuha. Shalat memang memiliki kombinasi unik dari tiap gerakannya bagi tubuh. Hanya saja untuk Dhuha, waktunyalah yang memang unik; waktu ketika tubuh memerlukan energy namun juga harus bersiap menghadang stress yang menerpa. Dr. Ebrahim Kazim-seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic Academy-menyatakan, “Repeated and regular movements of the body during prayers improve muscle tone and power, tendon strength, joint flexibility and the cardio-vascular reserve.”( Gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap system kardiovaskular).

Itulah peregangan dan persiapan untuk menghadapi tantangan, tapi bedanya dengan olah raga biasa adalah: pahalanya luar biasa! Abu Darda r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Wahai anak Adam kerjakanlah shalat empat rakaat kepada-Ku pada permulaan siang niscaya Aku akan member kecukupan kepadamu sampai akhir siang.” (HR at-Tirmidzi). Terlebih lagi shalat Dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari, sesuai dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat: “Simultaneously, tension is relieved in the mind due to the spiritual component, assisted by the secretion of enkephalins, endorphins, dynorphins, and others.” (Ada ketegangan yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti enkefalin dan endorphin).

Zat ini sejenis morfin, termasuk opiate. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya, zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol. Jika barang-barang terlarang macam morfin bisa memberi rasa senang-namun kemudian mengakibatkan ketagihan disertai segala efek negatifnya- endorphin dan enkefalin tidak. Ia memberi rasa bahagia, lega, tenang, rileks, secara alami. Menjadikan seseorang tampak ebih optimis, hangat, menyenangkan, serta seolah menebarkan aura ini kepada lingkungan di sekelilingnya.

Subhanallah….Maka, shalat Dhuha-lah, peregangan sekaligus pereda stress. Inilah rehat yang tidak sekadar rehat. Daripada sekadar duduk-duduk mengobrol, ayo rehat dengan ber-Dhuha dan segera kembali beraktivitas setelahnya. Kemudian, rasakan bedanya!.

INDAHNYA BERPRASANGKA BAIK

Dua laki-laki bersaudara bekerja di sebuah pabrik kecap dan sama-sama
belajar agama Islam untuk sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka berjalan kaki mengaji ke rumah gurunya yang jaraknya sekitar 10 KM dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rezeki untuk membeli sebuah Mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaan tempatnya bekerja. Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, dan ternyata Allah pun mengabulkannya, karena tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik perangai. Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain dengan iktikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.
Sementara itu sang Adik tidak ada perubahan sama sekali: hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya seringkali sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, dan sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.
Suatu saat sang Kakak merenung, membandingkan diri antara perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup sang adik. Ia teringat adiknya selalu membaca selembar kertas apabila dia berdo'a yang menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a. Lalu ia hampiri adiknya itu untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do'a-do'anya tidak dikabulkan Allah azza wa jalla. Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur mempunyai kakak yang begitu menyayanginya. Dia ucapkan terima kasih kepada sang kakak atas nasihatnya itu.
Suatu ketika adiknya meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul. Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-Fatihah, Shalawat, do'a untuk guru mereka, dan do'a selamat. Di akhir kalimat dalam doa tersebut berbunyi: "Yaa, Allah. Tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu, Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do'a kakak ku, bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku didunia dan akhirat".
Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyana ternyata adiknya tak pernah satukalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya.
Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com